PENGARUH ABU BOILER PABRIK KELAPA SAWIT DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) PADA TANAH ULTISOL SIMALINGKAR
Abstract
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas HKBP Nommensen Medan yang berada di Desa Simalingkar B,
Kecamatan Medan Tuntungan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei
2023 sampai bulan Agustus 2023, lokasi penelitian berada pada ketinggian
sekitar 33 m di atas permukaan laut (mdpl), keasaman tanah (pH) antara 5,5 – 6,5
dan jenis tanah ultisol, tekstur tanah pasir berlempung (Lumbanraja dkk, 2023).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh abu boiler pabrik
kelapa sawit dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan produksi
Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill).
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial
(RAKF) yang terdiri dari dua faktor perlakuan, yaitu dosis abu boiler dan dosis
pupuk kandang sapi, dengan tiga ulangan. Faktor pertama : dosis abu boiler (A)
yang terdiri dari empat taraf, yaitu : A0 = 0 ton/ha , A1= 2,5 ton/ha, A2 = 5ton/ha (
dosis anjuran) dan A3 =7,5 ton/ha. Faktor kedua : dosis pupuk kandang Sapi (S)
yang terdiri dari empat taraf, yaitu : S0 = 0 ton/ha (kontrol), S1= 10 ton/ha, S2 =
20 ton/ha (dosis anjuran) dan S3= 30 ton/ha).
Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian dosis abu boiler tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 2, 3 dan 4 MST.
Sedangkan dosis abu boiler tidak berpengaruh nyata terhadap banyak daun
tanaman kedelai pada umur 2, 3 dan 4 MST. Aplikasi abu boiler tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per petak, jumlah polong berisi
tanaman sampel, berat polong berisi (g), produksi biji kering tanaman sampel per
petak (g), berat kering 100 biji, produksi per petak, dan produksi per hektar.
Permasalahan kandungan unsur hara pada tanah yang mempengaruhi
produksi tanaman dalam pembentukan polong dan biji tanaman kedelai. Hasil
sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian abu boiler tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi polong dan produksi biji kedelai. Namun untuk hasil produksi
per hektar sudah mampu melebihi dari potensi hasil produksi benih varietas
anjasmoro yang ditanam (2.25-2.03 ton/ha), dengan rataan produksi tertinggi
dengan taraf perlakuan abu boiler terdapat pada yaitu 2.57 ton/ha.
Aplikasi dosis pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman kedelai pada umur 2 MST, namun memberikan pengaruh tidak
nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah polong per petak, jumlah polong berisi
tanaman sampel, berat polong berisi (g), produksi biji tanaman sampel kering per
petak (g), berat kering 100 biji, produksi per petak, dan produksi per hektar.
Pengaruh nyata tersebut dikarenakan Kalium yang terdapat pada pupuk kandang
sapi termasuk unsur hara esensial setelah N. Kalium pada tanaman terlibat dalam
aktivitas fotosintesis melalui perannya dalam memacu proses membuka dan
menutupnya stomata. Pembukaan stomata diakibatkan oleh banyaknya ion K+
yang terdapat di dalam sel penjaga sehingga dapat mengakibatkan turunnya
potensial osmotik dan diikuti dengan meningkatnya tekanan turgor sel.
Selanjutnya Kadir dan Karo, (2006) menyatakan bahwa sehubungan dengan hal
tersebut, untuk tanaman yang ketersediaan K cukup, aktivitas fotosintesisnya akan
berjalan optimal, yang selanjutnya berdampak pada laju fotosintat yang
dihasilkan.
Pemberian pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman kedelai pada umur 3 dan 4 MST dan juga tinggi tanaman kedelai
pada umur 2, 3 dan 4 MST. Diduga Keadaan ini disebabkan dengan
bertambahnya umur tanaman kedelai, maka kebutuhan terhadap unsur hara
terutama nitrogen (N) tidak dapat dipenuhi seluruh nya oleh tanah tempat
tumbuhnya, sehingga pemberian pupuk kandang sapi yang belum terdekomposisi
menjadi unsur hara dengan meningkatkan ketersediaan dan serapan unsur N yang
sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman. Pupuk kandang sapi
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap produksi polong kedelai dipengaruhi
ketersediaan unsur hara makro tanah Unsur N dan P sudah tidak tersedia bagi
tanaman. Samuli dkk, (2012) menyatakan pemberian bahan organik mampu
meningkatkan jumlah polong pada tanaman kedelai hal ini disebabkan karena
bahan organik selain memperbaiki kondisi tanah juga mampu menyuplai unsur
hara yang dibutuhkan tanaman, mempercepat pendewasaan tanaman sehingga
memberikan jumlah polong yang lebih baik.
Collections
- Pertanian [61]