Show simple item record

dc.contributor.authorMalau, Sabam
dc.date.accessioned2018-12-11T07:58:04Z
dc.date.available2018-12-11T07:58:04Z
dc.date.issued2012-04
dc.identifier.issn1979 - 9640
dc.identifier.urihttp://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/1989
dc.descriptionIt has been detected emphirically that organic agriculture is more growing up on certain species such as corn, coffee citrus and vegetables. In near time, it is possible that organic farming will also practiced on soybean. There were 71 varieties of soybean in commercial market of Indonesia. The problem was that whether there some of those varieties are sitable for organic farming. Due to limited resources only 3 of them were used in this research i.e Anjasrnoro, Grobogan, and Kipas Merah Blreuen. The research used 2 factor treatments namely variety and rabbit fertilizer. Factor variety had 3 level, while factor rabbit fertilizer 5 level of treatment which made 15 combinations. The fertilizer's dosis level were 0, 25, 50, 75 and 100 t/h. It was used completely block design with 4 blocks as replication. The result showed Interaction between variety and rabbit organic fertilizer. Variety Kipas Merah Beureun performed of higher response rather than of the two varieties. There was no difference in roduction of Kapas Merah Beuren at O and 25 t/ha.en_US
dc.description.abstractSecara empfrik terdeteksi di Indonesia bahwa pertantot: organik semakin berkembang pada spesies-spesies tertentu seperti jagung, kopi, jeruk, dan sayur. Dalam waktu dekat di masa depan tidak tertutup kemungkinan diterapkannya sistem pertanian organik pada kacang kedelai. Varietas komersial kacang kedelai unggul yang beredar di Indonesia berjumlah 71. Yang menjadi masalah adalah apakah dari semua varietas tersebut ada varietas yang dapat digunakan untuk pettamon organik. Menemukan varietas yang dimaksud tersebut sangat urgen. Setelah membandingkan deskripsi semua varietas tersebut dan karena keterbatasan sumber daya, maka pada penelitan ini hanya digunakan 3 varietas yakni Anjasmoro, Grobogan, dan Kipas Merah Bireuen. Percobaan ini menggunakan 2 faktor (perlakukan) yakni faktor varietas faktor pupuk kelinci. Perlakukan vartetas terdiri dari 3 taraf yakni Anjasmoro, Grobogan, Kipas Merah Bireuen. Perlakukan pupuk kelinci 5 taraf. Dengan demikian kombinasi perlakukan berjumlah 3 x 5 sama dengan 15. Dosis pupuk organik 0, 25, 50, 75 dan 100 t / h. Percobaan ini adalah percobaan faktorial dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 kelompok. Parameter pertumbuhan yang diukur antara lain tinggi tanaman, umur berbunga (HST), dan Umur matang panen (HST), sedangkan parameter produksi yang diukur antara lain produksi (t/ha) dan bobot 1.000 biji (g) (setelah biji dijemur 3 hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara varietas dengan dosis pupuk kandang kelinci. Varietas Kipas Merah Beureun memberikan laju produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas lainnya. Varietas Kipas Merah Beureun memberikan produksi yang sama pada kondisi tanpa pupuk dengan pepupukan dosis 25 t/ha.en_US
dc.publisherBidang Menengah & Tinggi Seksi Dikti Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara (JURIDIKTI)en_US
dc.subjectGlcine max L.en_US
dc.subjectKacang Kedelaien_US
dc.subjectpupuk organik kelincien_US
dc.titlePengaruh Pupuk Organik Kelinci terhadap Pertumbuhan & Produksi Kedelai (Glycine max L.)en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record