Show simple item record

dc.contributor.authorHALAWA, SUSI YANTI
dc.date.accessioned2024-10-21T03:13:41Z
dc.date.available2024-10-21T03:13:41Z
dc.date.issued2024-10-21
dc.identifier.urihttps://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/11353
dc.description.abstractSkripsi ini membahas kemenangan kandidat nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, dalam memenangkan kontestasi pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2024, terutama di kalangan kaum muda. Penulis menemukan bahwa kemenangan ini terletak pada keberhasilan kandidat ini menempatkan “Keberlanjutan” sebagai “wacana utama” (nodal point) mereka— yang menaungi sejumlah artikulasi dan tuntutan yang disambut publik dan konstituen. Anies-Muhaimin (kandidat nomor urut 01) mencoba menantang wacana utama ini dengan mengusung “Perubahan” sebagai nodal point. Sedangkan Ganjar- Mahfud (nomor urut 03) berada di antara wacana “Keberlanjutan-Perubahan”, yang cenderung ambivalen, pragmatis, dan gamang. “Keberlanjutan” dimaknai sebagai artikulasi yang berhasil menampilkan, menggambarkan, atau mencitrakan bahwa pasangan Prabowo-Gibran sebagai penerus pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Dalam politik elektoral 2024, Jokowi menempati posisi sentral, yang dipicu oleh tingginya kepuasan publik (approval rate) terhadap pemerintahannya, yang mencapai 70-80 persen. Bahkan, angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan sejumlah pemimpin berpengaruh di dunia. Tingginya approval rate ini menandakan betapa tingginya harapan publik terhadap “keberlanjutan” pembangunan ala Jokowi. Sebaliknya, “Perubahan” sebagai penanda utama (nodal point) diusung oleh pasangan Anies-Muhaimin secara jelas dan tegas. Wacana tersebut menjadi wacana tandingan (counter-discourse) terhadap wacana “Keberlanjutan”, yang meliputi artikulasi maupun tuntutan yang berisi tentang kegagalan dan koreksi terhadap pemerintahan Jokowi. Hasilnya, Prabowo-Gibran berhasil memenangi Pemilu 2024, termasuk menguasai mayoritas pemilih anak muda (milenial dan Gen- Z) yang jumlahnya mencapai 56 persen dari total pemilih—yang dikenal sebagai internet-generation atau digital-friendly-generation. Untuk menguasai kelompok muda yang mayoritas di dalamnya dikategorikan oleh sejumlah ahli sebagai kelompok irasional, naif, dan leisure class, Prabowo-Gibran menempuh strategi “politik gimmick” di media sosial secara efektif. Mereka menyuguhkan artikulasi- artikulasi politik maupun materi kampanye yang kreatif, santai dan “ramah-kaum muda” (youth friendly). Politik ditampilkan sebagai aktivitas yang santai, riang, dan happy. Sedangkan untuk kelompok muda yang rasional, mereka membanjiri media sosial dengan pencapaian dan kinerja Prabowo sebagai Menteri Pertahanan maupun prestasi Gibran sebagai Wali Kota Solo. Menggunakan pendekatan discourse theory and method yang dikembangkan oleh Laclau dan Mouffe [2001 (1985)], studi ini tidak hanya berupaya menjelaskan pertarungan wacana yang berlangsung dalam memaknai “Keberlanjutan” dan “Perubahan”, tapi juga kompleksitas pertarungan wacana dan konter-wacana yang berlangsung di dalamnya melalui aneka artikulasi politik para kandidat untuk meraih posisi yang hegemonik.en_US
dc.subjectKeberlanjutan,en_US
dc.subjectPerubahan,en_US
dc.subjectWacana/penanda sentral,en_US
dc.subjectArtikulasi,en_US
dc.subjectHegemoni,en_US
dc.subjectAnak muda,en_US
dc.subjectPolitik gimmick.en_US
dc.titleANALISIS WACANA KEMENANGAN PASANGAN CALON NOMOR URUT 02 PRABOWO-GIBRAN DI KALANGAN GENERASI MUDA PADA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2024en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record