RESPON TIGA VARIETAS KACANG KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) TERHADAP APLIKASI LIMBAH PADAT PABRIK KELAPASAWIT (SOLID DECANTER)
Abstract
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan di Desa Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan. Tempat penelitian pada ketinggian sekitar + 33 meter di atas permukaan
air laut (mdpl) dengan kemasaman (pH) tanah 5,5-6,5, jenis tanah Ultisol dan tekstur tanah pasir berlempung (Lumbanraja dan Harahap, 2015). Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2023 sampai dengan bulan Agustus 2023. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tiga varietas kedelai (Glycine max (L.) Merrill) terhadap aplikasi limbah padat pabrik kelapa sawit (Solid Decanter).
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Petak Terbagi (RAKPT) dengan dua faktor perlakuan, dengan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu pemberian Solid Decanter (S) pada petak utama, terdiri dari 4 taraf, yaitu : S0 = 0 ton/ha setara dengan 0 kg/petak (kontrol), S1 = 15 ton/ha setara dengan 4,5 kg/petak, S2 = 30 ton/ha setara dengan 9 kg/petak (Dosis anjuran), S3 = 45 ton/ha setara dengan 13,5 kg/ petak. Faktor kedua yaitu tiga varietas kedelai (V) pada anak petak, yaitu : V1 = varietas Anjasmoro, V2 = varietas Dega, V3 = varietas Dena.
Penelitian ini menunjukan bahwa pemberian Solid Decanter berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST dan bobot 100 butir biji, tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 4 dan 6 MST, jumlah cabang
produktif, jumlah polong berisi per tanaman, produksi biji kering kedelai perpetak, produksi biji kering per hektar, dan bintil akar.
Solid Decanter berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST, diduga Solid Decanter yang di berikan belum terdekomposisi sempurna dalam tanah pada umur 2 MST, dan kebutuhan unsur hara N diperlukan cukup besar pada tanaman kedelai pada awal pertumbuhan untuk pembentukan bintil akar, dan penyerapan hara oleh tanaman semakin meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan vegetatif sehingga, pertambahan tinggi kedelai umur 2 minggu setelah tanam lebih memunculkan sifat genetik masing-masing varietas kedelai. Solid Decanter berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 butir biji diduga adanya perbedaan karakter genetis pada masing- masing varietas yang dipakai baik dari bentuk biji, berat biji, dan umur panen nya yang mepengaruhi berat 100 butir biji kedelai, hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Lakitan (2001), yang menyatakan bahwa ukuran biji lebih dikendalikan oleh faktor genetik tanaman.
Solid Decanter berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 4 dan 6 MST, jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi per tanaman, produksi biji kering kedelai perpetak, produksi biji kering kedelai per hektar, dan bintil akar diduga Solid Decanter setelah terdekomposisi akan kaya unsur hara N, P, K, dan Mg seperti yang dibutuhkan tanaman. Sutarta (2003), menyatakan Solid Decanter melalui dekomposisi dapat dijadikan menjadi pupuk yang kaya unsur hara seperti N, P, K, dan Mg sesuai yang dibutuhkan tanaman, karena memiliki sifat pembenah tanah yang mampu meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam tanah dan mampu menjadikan tanah menjadi subur serta gembur, dengan demikian sistem perakaran semakin baik dan perakaran tanaman luas sehingga jangkauan akan semakin luas untuk menyerap unsur hara dalam media tanam sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman turut meningkat.
Interaksi Solid Decanter dan tiga varietas kedelai berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah polong berisi kedelai namun berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2, 4 dan 6, jumlah cabang produktif, bobot 100 butir biji, produksi biji kering kedelai perpetak, produksi biji kering kedelai per hektar, dan bintil akar. Hal ini diduga tanaman dapat memberikan respon positif dan negatif terhadap perubahan lingkungan tumbuh. Taufiq dan Sundari (2012) menyatakan tanaman dapat memberikan respon positif dan negatif terhadap perubahan lingkungan tumbuh. Respon yang beragam tersebut menimbulkan terjadinya interaksi antara lingkungan dan genotip yang dimiliki. Respon dapat diketahui dari perubahan fisik tanaman berupa perubahan pertumbuhan dan perubahan fenotipik tanaman.
Collections
- Agroekoteknologi [321]