dc.description.abstract | Latar Belakang : Prevalensi infeksi nosokomial di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, mencapai 7,1%, dengan Staphylococcus aureus (S. aureus) sebagai penyebab utama. Resistensi antibiotik semakin meningkat, sehingga dilakukan penelitian tanaman obat sebagai alternatif, seperti ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) atau EDSH. Neutrophil-Lymphocyte Ratio (NLR), dipilih sebagai biomarker antiinflamasi yang efektif pada penelitian ini.
Tujuan : Untuk mengetahui NLR pada tikus Wistar jantan yang terinfeksi S. aureus
setelah pemberian beberapa dosis EDSH.
Metode : Desain penelitian ini merupakan eksperimental menggunakan rancangan Pretest and Posttest with Control Group Design. Sampel yang digunakan adalah 40 ekor tikus Wistar jantan yang dibagi dalam 5 kelompok; kelompok dosis EDSH 300 mg/kgbb, 500 mg/kgbb, dan 1000 mg/kgbb, kontrol positif menggunakan cefadroxil, dan kontrol negatif menggunakan aquades. Pemeriksaan NLR dilakukan pada tikus yang terinfeksi S. aureus dan setelah diberi perlakuan.
Hasil : Pada nilai post test didapati kelompok EDSH dosis 300 mg/KgBB, 500 mg/KgBB dan 1000 mg/KgBB serta kelompok kontrol positif efektif dalam menurunkan kadar NLR pada tikus Wistar yang terinfeksi S.aureus dengan rata- rata 3,44%, 3,70%, 2,68%, dan 3,28%. Sedangkan kelompok kontrol negatif dengan rata-rata 7,25% mengalami penurunan NLR namun tidak dalam batas normal (<5%).
Kesimpulan : Penelitian ini menunjukkan perbedaan signifikan dalam NLR tikus wistar jantan setelah perlakuan. Daun sirih hijau dosis 1000 mg/KgBB efektif menurunkan NLR dibandingkan dengan dosis 300 mg/KgBB, 500 mg/KgBB, kontrol positif, dan kontrol negatif. Temuan ini mendukung potensi daun sirih hijau sebagai agen antiinflamasi. | en_US |