dc.description.abstract | Latar belakang: TB Paru merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang ditularkan melalui udara. Gejala umum yang dirasakan penderita TB Paru adalah batuk produktif lebih dari 2 minggu, keringat malam, penurunan berat badan, demam ringan selama berbulan-bulan. Pada pasien penderita TB Paru dilakukan pengobatan selama minimal 6 sampai 12 bulan. Pasien penderita TB Paru harus mengkonsumsi obat sesuai dengan yang dianjurkan oleh dokter. Jika pengobatan dihentikan sebelum target pengobatan selesai maka akan berisiko terjadinya kekambuhan kembali dan bahkan resisten terhadap pengobatan yang dilakukan sebelumnya yang mengakibatkan lebih sulitnya pengobatan yang tentunya semakin mahal dan dapat memiliki dampak reaksi psikologisnya seperti gangguan emosi, terjadinya perubahan mood yang signifikan,stress dan bisa mengakibatkan depresi yang memengaruhi kualitas hidup pasien penderita TB Paru. Stres adalah respond emosional seseorang terhadap tekanan lingkungan yang mengharuskan penyesuaian diri.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kualitas hidup pasien TB Paru di Poliklinik Paru Rumah Sakit Advent Medan.
Metode: Penelitian ini merupakan analitik dengan studi cross-sectional. Untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kualitas hidup pasien TB Paru.
Hasil: Sebanyak 17,8 % responden tidak mengalami stres atau stres normal, 11,1% tingkat stres ringan, 46,7% tingkat stres sedang, 24,4% tingkat stres berat. Sebanyak 40% responden memiliki kualitas hidup baik, 60% memiliki kualitas hidup tidak baik. Terdapat hubungan yang bermakna antara usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan lama pengobatan dengan tingkat stres yang memengaruhi kualitas hidup pasien tuberkulosis paru.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan kualitas hidup pasien TB Paru. | en_US |