SISTEM INTEGRASI TANAMAN SEMUSIM UBI KAYU DENGAN TERNAK BABI DI KECAMATAN DOLOK BATU NANGGAR KABUPATEN SIMALUNGUN
Abstract
Tiodora Sihombing (12720029) “Sistem Integrasi Tanaman Semusim (Ubi kayu) Dengan Ternak (Babi) Di Kecamatan Dolok Batu Nanggar Kabupaten Simalungun”. Di bombing oleh Ir.Johndikson Aritonang,MS sebagai pembimbing utama dan Ibu Maria R Sihotang, MS sebagai pembimbing pendamping. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan alasan bahwa di Kecamatan ini petaninya menggunakan sistem usahatani Integrasi dan Non Integrasi. Hipotesis pada penelitian ini : 1). Diduga terdapat faktor pendorong sistem Integrasi dan faktor penghambat tidak melakukan sistem Integrasi di Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun. 2). Curahan tenaga kerja pada sistem integrasi tanaman semusim dengan ternak lebih besar di bandingkan dengan yang non integrasi di Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun. 3). Tingkat pendapatan petani sistem integrasi tanaman semusim dengan ternak lebih tinggi di bandingkan dengan yang non integrasi di Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun. 4). Diduga ada terdapat perbedaan tingkat efisisensi usahatani pada sistem Integrasi tanaman semusim dengan ternak dan Non Integrasi di Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun.
Faktor yang paling banyak mendorong petani sampel di Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun dalam melakukan sisten integrasi tanaman semusim dengan ternak adalah meningkatkan pendapatan petani, dengan persentase sebesra 40% dari total keseluruhan respon petani dan di susul oleh pengurangan biaya pupuk An organic dengan persentase 20% dari total keseluruhan respon petani. Faktor yang paling banyak menghambat petani sampel di Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungundalam melaksanakan sistem integrasi tanaman semusim dengan ternak adalah Tidak Ada Modal, dengan persentase sebesar 66,7% dari total keseluruhan respon petani dan di susul oleh Tidak ada/ tidak tersedia tenaga kerja untuk memelihara ternak dengan persentase sebesar 20% dari total keseluruhan respon petani.
Terdapat perbedaan yang paling signifikan antara curahan tenaga kerja, pendapatan petani dan biaya pada usahatani integrasi dan non integrasi. Usahatani integrasi memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani non integrasi. Adapun saran/rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah disarankan bagi para petani non integrasi agar melakukan sistem integrasi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa biaya pada uasahatani integrasi ini lebih besar di banding non integrasi dan berbanding lurus dengan besarnya pendapatan. Oleh karena itu, bagi petani dengan model integrasi dapat memperbesar modal untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi.
Collections
- Agribisnis [264]