STRATEGI BERTUTUR MENOLAK DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM PERISTIWA TUTUR MARHATA SINAMOT (NEGOSIASI MAHAR) PADA PERNIKAHAN ADAT BATAK TOBA
Abstract
Tindak tutur menolak adalah tindakan bertutur yang dapat mengancam muka mitra tutur, karena tindakan menolak tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh mitra tutur, dan biasanya akan disampaikan dengan strategi yang tidak langsung. Kegiatan marhata sinamot adalah salah satu tahapan terpenting dalam upacara pernikahan orang Batak yang membahas tentang mahar dan persiapan untuk puncak pernikahan. Disebut penting karena jika negosiasi dalam marhata sinamot tidak menemukan kesepakatan, puncak pernikahan akan batal. Pentingnya sinamot terhadap berlangsung atau tidaknya sebuah pesta pernikahan membuat juru bicara harus berstrategi ketika melakukan negosiasi terlebih pada saat melakukan penolakan.
Penelitian ini dilakukan untuk (1) Menemukan dan menjelaskan strategi bertutur menolak yang digunakan oleh peserta tutur pada kegiatan marhata sinamot. (2) Menemukan dan menjelaskan strategi kesantunan dalam menolak yang digunakan oleh peserta tutur pada kegiatan marhata sinamot (3) Menjelaskan pola dari strategi bertutur menolak yang digunakan oleh penutur dan mitra tutur dalam kegiatan marhata sinamot tersebut. (4) Memberikan alasan tentang mengapa penutur dan mitra tutur menggunakan strategi bertutur tertentu dalam dalam kegiatan marhata sinamot.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiopragmatik. Lokasi pengambilan data adalah di kecamatan Sidamanik yang letaknya ada di kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Kecamatan Sidamanik memiliki beberapa desa kelurahan yang merupakan lokasi pengambilan data pada penelitian ini. Adapun desa atau kelurahan yang menjadi lokasi pengambilan data tersebut adalah di Bah Butong, Kebun Sayur, Sarimatondang, Sidamanik dan Sinaman. Jumlah juru bicara yang terlibat dalam diskusi yang telah direkam adalah sebanyak 55 orang. Strategi bertutur menolak dan strategi kesantunan yang terdapat pada tuturan menolak dalam kegiatan marhata sinamot adalah objek dari penelitian ini. Data dari penelitian ini adalah dialog dalam Bahasa Batak Toba yang diucapkan oleh juru bicara yang mengandung tindak tutur menolak dan strategi kesantunan pada saat menolak ketika juru bicara sedang bernegosiasi. Data ini bersumber dari kegiatan marhata sinamot yang dilakukan oleh juru bicara dari rombongan pihak mempelai laki-laki dan perempuan. Dalam menganalisis tuturan menolak, penulis membaginya ke dalam tuturan pembuka, tuturan pendukung dan tuturan inti atau utama. Bagian-bagian ini disebut dengan sekuens tuturan menolak.
Strategi bertutur menolak dengan menyatakan dalih, alasan dan penjelasan dan meminta empati adalah strategi yang paling dominan digunakan oleh juru bicara. Strategi kesantunan positif dengan menggunakan penanda identitas kelompok, menghindari pertentangan, dan meminimalisir paksaan, adalah strategi kesantunan yang dominan digunakan pada saat menolak. Pola sekuens menolak yang paling banyak digunakan oleh juru bicara adalah dengan satu atau lebih tuturan pembuka, disertai satu atau lebih tuturan pendukung, diakhiri dengan tuturan inti. Semakin besar bobot negosiasi, semakin panjang sekuens penolakan dan sebaliknya. Konteks, peristiwa tutur, dan prinsip dalihan na tolu pada budaya Batak Toba berpengaruh terhadap penggunaan strategi bertutur dan kesantunan pada kegiatan marhata sinamot. Cara bertutur menolak yang digunakan oleh juru bicara digunakan untuk tujuan menghindari konflik dan mengurangi daya sengat dari penolakan. Sifat alamiah dari sebuah negosiasi adalah pihak yang terlibat dalam negosiasi harus menghindari hal-hal yang dapat merugikan bagi semua pihak. Oleh karena itu, negosiasi harus dilakukan secara santun; tidak menekan pihak lain; berpatokan pada prinsip saling menguntungkan. Sinamot erat kaitannya dengan harga diri dari seorang perempuan, hal ini menyebabkan juru bicara menggunakan strategi bertutur menolak dengan strategi menolak dan kesantunan dengan sekuens penolakan yang panjang.