dc.description.abstract | Penelitian Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman dengan judul “Kemampuan Berbahasa Jerman Guru-Guru Bahasa Jerman SMA dan SMK di Wilayah Siantar-Simalungun dan sekitarnya sesuai GER” oleh Tim Peneliti dengan Ketua Poltak H. Simaremare mencoba mencari data riil di lapangan tentang keadaan guru-guru bahasa Jerman, khusus yang menyangkut kemampuan berbahasa Jerman mereka saat ini. Pengalaman Tim Peneliti selama ini bahwa banyak dari antara guru-guru bahasa Jerman tersebut yang tidak dapat mengambil kesempatan dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan pihak instansi Jerman. Pertanyaan yang diajukan adalah sejauhmana kemampuan berbahasa Jerman guru-guru bahasa Jerman di wilayah Siantar-Simalungun dan sekitarnya diukur dari tes standar yang sudah berlaku di seluruh dunia (internasional) buatan Uni Eropa. Kemampuan itu diukur dengan menggunakan Tes Kemampuan tingkat B-1 standar Referensi Bersama Eropa (GER), yang seharusnya dimiliki guru-guru bahasa Jerman lulusan Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman Strata 1 (S1) secara khusus lulusan di atas tahun 2000-an. Dengan demikian, metode pengumpulan data adalah dengan mengadakan tes tertulis dan tes lisan kemampuan berbahasa Jerman dengan menggunakan tes tingkat B-1 kepada sampel yang sudah ditentukan.
Hasil Tes dalam empat mata uji kemampuan tersebut (Hören, Lesen, Schreiben dan Sprechen) menunjukkan bahwa: dari 38 orang guru peserta tes, terdapat delapan orang atau 21% yang dikatekorigan lulus dan dapat mencapai nilai kelulusan masing-masing mata uji tes kemampuan dengan nilai ≥ 60 dalam skala 0 – 100 sesuai dengan kriteria GER tingkat B-1. Walaupun ada dua orang peserta tes atau sekitar 5% yang memperoleh nilai di atas ≥ 60 secara keseluruhan, akan tetapi tidak dapat dikategorikan lulus atau memenuhi standar tingkatan B-1 GER, karena masih ada nilai mata uji yang di bawah nilai 60. Sebanyak 22 orang atau 58% dari peserta tes hanya dapat memperoleh hasil dengan nilai 30-50 dalam skala penilaian 0-100, masih jauh dari standar B-1 GER. Memang dari data pribadi yang terkumpul, bahwa sekitar 31% yang tidak lulus tadi adalah guru yang lulus dibawah tahun 2000-an, dimana kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman masih belum fokus ke kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisan. Hasil penelitian ini membuktikan betapa banyaknya kesempatan pengembangan diri yang dilakukan pihak institusi Jerman yang tidak dapat diikuti oleh kebanyakan guru dari wilayah Siantar-Simalungun dan sekitarnya selama ini. Mereka terkendala oleh persyaratan kemampuan berbahasa Jerman yang ditentukan oleh setiap penyelenggara kegiatan. Untuk memperbaiki keadaan yang seperti ini diharapkan ada tindak lanjut dari berbagai pihak, secara khusus Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman sebagai bagian dari tanggungjawab pengabdiannya kepada masyarakat. | en_US |