dc.description.abstract | Berdasarkan perhitungan Annual Paracyte Incidence (API) tahun 2010 di Sumatera Utara, daerah tertinggi kasus malaria adalah Nias Selatan sebesar 1.163 kasus (3,73%), diikuti Mandailing Natal (Madina) sebesar 1.225 kasus (3,12%).4 Menurut data dari kantor Pusat Penanggulangan Malaria Madina, pada tahun 2012, kasus malaria tertinggi terdapat di Kecamatan Panyabungan yaitu sebesar 3.842 kasus, dari total 78.584 jiwa penduduk.
Jenis penelitian ini adalah penelitian desktiptif kualitatif, dilakukan di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara pada April sampai dengan Mei 2015. Populasi Penelitian ini adalah semua warga Kabupaten Panyabungan. Cara pemilihan sampel dengan teknik consecutive sampling, sebanyak 100 orang, dengan menggunakan kuesioner yag telah divalidasi.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa 49 orang (49%) memiliki pengetahuan yang kurang tentang pengenalan gejala malaria dan 78 orang (78%) memiliki perilaku yang buruk tentang penanganan awal di rumah.
Kabupaten Madina memiliki Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal, yang berkantor di Panyabungan. Namun upaya penanggulangan malaria kantor pusat pengendalian malaria belum efektif disebabkan karena tidak baiknya kordinasi kantor pusat pengendalian malaria dengan dinas kesehatan, sarana transportasi dan laboratorium khusus yang masih kurang, dan sumber daya manusia juga masih belum efektif dalam menjalankan program penanggulangan malaria. Saran dari penelitian ini adalah strategi penambahan pengetahuan mengenai malaria, baik itu pencegahan, pengenalan gejala, dan membawa penderita malaria dari Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal harus diperbaiki, sehingga penanggulangan Malaria dapat dikerjakan dan visi misi Madina bebas Malaria tahun 2020 dapat tercapai dan harus lebih intensif, lebih mendekat ke masyarakat, sehingga tidak kalah dengan pemberian infomasi informasi penyakit menular seperi demam berdarah dengue. | en_US |