Hubungan Gratitude (Rasa Syukur) Dengan Kecenderungan Depresi Pada Ibu Rumah Tangga
Abstract
American Psychological Association (2000) mendefinisikan depresi sebagai perasaan sedih atau kosong yang disertai dengan penurunan minat terhadap aktivitas yang menyenangkan, gangguan tidur dan pola makan, penurunan kemampuan berkonsentrasi, perasaan bersalah yang berlebihan, dan munculnya pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Penelitian menemukan bahwa wanita cenderung lebih mudah mengalami depresi dibandingkan pria (Wati, 2018). Gallup (dalam Liputan 6, 2012) dalam penelitiannya 60.799 wanita di Amerika Serikat (AS) yang dipilih secara acak menemukan bahwa ibu yang tidak bekerja memiliki emosi lebih negatif seperti khawatir, sedih, marah stres, dan depresi, dibandingkan mereka yang bekerja. Penelitian Emmons (2012) menemukan bahwa subjek yang diminta untuk menuliskan hal-hal yang dapat disyukur setiap hari pada suatu buku harian, setelah beberapa minggu ditemukan telah menunjukkan penurunan tingkat depresi dan merasa lebih bahagia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan gratitude (rasa syukur) dengan kecenderungan depresi pada ibu rumah tangga. Subjek penelitian ini adalah ibu rumah tangga berjumlah 51 orang, yang berada pada rentang usia 25-50 tahun. Data dikumpulkan melalui instrumen skala GRAT-Short Form disusun oleh Watkins,dkk (2003), yang mengukur gratitude, dan BDI disusun oleh Beck (1961), yang mengukur kecenderungan depresi. Skala tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Pearson, dengan bantuan SPSS 17 for windows. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan gratitude (rasa syukur) dan kecenderungan depresi pada ibu rumah tangga dengan nilai rxy = 0,000 dengan taraf signifikansi 0,999 ( p > 0,05).
Collections
- Psychology [20]