PENGARUH KONSENTRASI MIKROORGANISME LOKALNENAS PLUS DAN DOSIS ARANG HAYATITERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa, L.)
Abstract
Penggunaan pupuk anorganik pada lahan pertanian secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan lahan tersebut tidak mampu lagi berproduksi secara optimal dan berkelanjutan karena menurunnya kualitas tanah. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah menerapkan sistem pertanian organik (Parnata, 2004).
Arang hayati biochar merupakan hasil pembakaran bahan padat dan berpori yang mengandung karbon yang secara inovatif dapat diaplikasikan di bidang pertanian atau kehutanan sebagai pembagun kesuburan tanah. Tanah yang mengandung biochar dapat menyediakan habitat yang baik bagi mikroba tanah, misalnya bakteri, yang membantu dalam perombakan seyawa bahan organik menjadi unsur hara yang dapat diserap optimal oleh tanaman. Biochar dapat mengatasi beberapa masalah pada tanah, misalnya mudah hilangnya unsur hara dan kelembapan (Gani, 2009). Kemampuan biochar dalam mempertahankan kelembaban dapat membantu tanaman pada periode kekeringan dan kemampuannya dalam menahan nutrisi dalam tanah membuat unsur hara tidak mudah hilang melalui proses pencucian (Lehmann et al., 2003).
Pakcoy (Brassica rapa, L.) berasal dari Cina dan telah dibudidayakan sejak abad kelima secara luas di Cina serta Taiwan. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di Philipina dan Malaysia dan secara terbatas di Indonesia dan Thailand. Pakcoy masuk ke Indonesia diduga pada abad ke- 19 bersamaan dengan lintas perdangangan jenis sayur subtropis lainnya. Daerah pusat produksi pakcoy antara lain di Cipanas, Lembang dan Pangalengan. Produksi utama pakcoy adalah daunnya. Daun pakcoy sering dikonsumsi dalam bentuk lalapan dan asinan (Rukmana, 2007). Tanaman pakcoy termasuk jenis tanaman sayuran yang penting di Indonesia karena memiliki nilai ekonomis dan gizi yang tinggi. Pakcoy dapat dijadikan sebagai bahan konsumsi untuk sayuran baik dalam keadaan segar maupun dalam bentuk olahan, serta bijinya dimanfaatkan sebagai minyak dan pelezat makanan. Menurut Suhardianto dan Purnama (2011), 100 g pakcoy mengandung: 2,3 g protein, 0,3 g lemak, 4 g karbohidrat, 220 mg kalsium, 38 mg fosfor, 2,9 mg zat besi, 220 mg kalium, 102 mg vitamin C, 92,2 g air serta 22 kalori energi. Potensi produksi dan permintaan pasar sayuran ini cukup besar, sehingga perlu dikelola secara baik dan ramah lingkungan. Menurut Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (2016) produksi tanaman pakcoy periode tahun 2014 adalah 114,35 kw/ha.
Collections
- Agroekoteknologi [321]