Show simple item record

dc.contributor.authorPangaribuan, Tagor
dc.date.accessioned2019-03-23T04:20:02Z
dc.date.available2019-03-23T04:20:02Z
dc.date.issued2018-01
dc.identifier.isbn978-602-465-033-9
dc.identifier.urihttp://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/2099
dc.description.abstractPenelitan ini menanyakan sila atau prinsip apa yang menata tindak tutur orang dalam tindak budaya Batak Toba maupun dalam tindak kehidupan sehari-hari? Berhati. Horas tondi madingin, pir tondi matogu. Jadilah jiwaragamu bertata-sari yang diridhoi Yang Maha Agung senantiasa. Berfilsafat adalah bertata-sungkan dan bersantun, bagaimana bersalam sebagaimana para guru mengajari, lebih-lebih para sesepuh panutan. Sungguh aneka arif mereka titipkan, bajik mengurai kata agar tata hidup dan kehidupan jadi anugrah adanya, sebathin dengan hukum-hukum kehidupan, dan pilar-dasarnya hukum-hukum Yang Maha Agung yang terasa-dan terkarsa, namun tidak selalu tak tersimak atau terkatakan, karena makin sederhana sesuatu, makin tidak peka insan manusia akan kesederhanaan itu. Paara sesepuh bergumul agar apa yang ditelatahkan menjadi suatu kebenaran yang langgeng, sumber kearifan sebagai penetua, yang muda sumber daya, satu bathin untuk tata tindak. Dengan itu semua berharap adil makmur setiap angkatan. Para penetua menguri mengapa dan bagaimana bersalam, dengan model proposisi, metfora, dan aneka keunggulan yang maya, yang memeiliki sentencial epitome, atau tata-sari pilar dan piranti kehidupan, agar mampu melakukan revitalisasi atas yang masih berkekurangan, dan penguatan atas yang sedang berjalan, dengan tata krama beroleh anugrah hidup, mereka yang tidak jatuh-bangun dalam pasang surut-naiknya tindak hidup dan kehidupan. Segala sesuatu, seorang insan memulai tata tindak dari rumah, tindak berangkat dari rumah, bertemu dengan kejam dan pedihnya rasa dan kharsa di luar sana, dalam tata dan tatanan gelombang kehidupan. Setiap manusia merindukan kebahagian dengan kemandirian yang mendasar, menuju suatu tata hikmad, menjadi tuan rumah yang layak dengan pemahaman peringgan dan piranti kebahagiaan itu, di mana dia berada, di mana langit dijunjung, di mana bumi dipijak, masih menikmati air minum bumi, nasi dari bumi, makna anugrah alam sorgawai. Orang memiliki pemikiran melihat dunia secara holistik; dengan sentecia manjunjung baringin orang yang berdaulat. Terdapat tiga titik sentra pengamatan yaitu kerja, jagad raya, dan dunia dengan modus interaksi sbb: Work <> World <> Worden_US
dc.publisherUSU Press Art Design, Publishing & Printing Gedung F, Pusat Sistem Informasi (PSI) Kampus USU Jl. Universitas No. 9 Medan 20155, Indonesiaen_US
dc.subjectFitra Kerjaen_US
dc.subjectFitra Kataen_US
dc.titleHata do Parsimboraanen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record