Show simple item record

dc.contributor.authorPangaribuan, Tagor
dc.date.accessioned2019-03-23T04:10:36Z
dc.date.available2019-03-23T04:10:36Z
dc.date.issued2018-01
dc.identifier.isbn978 602 465 032 2
dc.identifier.urihttp://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/2098
dc.description.abstractPenelitan ini mengkaji watak guru bangsa. Penelitian ini mengkaji prinsip apa yang menata tindak tutur orang bagaimana Indonesia berIndonesia sebagaimana diperdebatkan para begawan, perwatakan dan pewatakan Indonesia. Berfilsafat adalah bertata-sungkan dan bersantun, bagaimana bersalam sebagaimana para guru mengajari, lebih-lebih para sesepuh panutan. Sungguh aneka arif mereka titipkan, bajik mengurai kata agar tata hidup dan kehidupan jadi anugrah adanya, sebathin dengan hukum-hukum kehidupan, dan pilar-dasarnya hukum-hukum Yang Maha Agung yang terasa-dan terkarsa, namun tidak selalu tak tersimak atau terkatakan, karena makin sederhana sesuatu, makin tidak peka insan manusia akan kesederhanaan itu. Paara sesepuh bergumul agar apa yang ditelatahkan menjadi suatu kebenaran yang langgeng, sumber kearifan sebagai penetua, yang muda sumber daya, satu bathin untuk tata tindak. Dngan itu semua berharap adil makmur setiap angkatan. Paaradigma Indonesia digumuli the Founding Fatherr sejak masa mudanya, dan dalam konteks pendidikan menmpaikan engan model proposisi, metfora, dan aneka keunggulan yang maya, yang memeiliki sentencial epitome, atau tata-sari pilar dan piranti kehidupan, agar mampu melakukan revitalisasi atas yang masih berkekurangan, dan penguatan atas yang sedang berjalan, dengan tata krama beroleh anugrah hidup, mereka yang tidak jatuh-bangun dalam pasang surut-naiknya tindak hidup dan kehidupan. Segala sesuatu, seorang insan memulai tata tindak dari rumah, tindak berangkat dari rumah, bertemu dengan kejam dan pedihnya rasa dan kharsa di luar sana, dalam tata dan tatanan gelombang kehidupan. Setiap manusia merindukan kebahagian dengan kemandirian yang mendasar, menuju suatu tata hikmad, menjadi tuan rumah yang layak dengan pemahaman peringgan dan piranti kebahagiaan itu, di mana dia berada, di mana langit dijunjung, di mana bumi dipijak, masih menikmati air minum bumi, nasi dari bumi, makna anugrah alam sorgawai.Orang memiliki pemikiran melihat dunia secara holistik; dengan sentecia manjunjung baringin orang yang berdaulat. Terdapat tiga titik sentra pengamatan yaitu kerja, jagad raya, dan dunia dengan modus interaksi sbb: Work <> World <> Worden_US
dc.publisherUSU Press Art Design, Publishing & Printing Gedung F Jl. Universitas No. 9, Kampus USU Medan, Indonesiaen_US
dc.subjectFitra Kerjaen_US
dc.subjectFitra Kataen_US
dc.titleTRANSFORMASI INDONESIA DAN DUNIA ALA BUNG KARNOen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record