AnalisisProduktivitas dan PendapatanUsahatani Padi(Oryza sativa) LahanIrigasiDengan Non-Irigasi(TadahHujan) (Studi Kasus: Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang)”
Abstract
Dalampenelitianinidiindetifikasikanbeberapamasalahyaitu :
1) Bagaimana perbedaan produktivitas usahatani padi antara petani yang mengusahakan tanaman padi di lahan sawah irigasi dengan lahan non-irigasi (tadah hujan) di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang?
2) Bagaimana perbedaan pendapatan usahatani padi lahan irigasi dengan lahan non-irigasi (tadah hujan) ?
3) Bagaimana perbedaan efisiensi usahatani padi lahan irigasi dengan lahan non-irigasi (tadah hujan) ?
Dalam penelitian ini bertujuan untuk : 1) Untuk mengetahui perbedaan produktivitas usahatani antara petani yang mengusahakan tanaman padi lahan sawah irigasi dengan petani yang mengusahakan lahan non-irigasi (tadah hujan). 2) Untuk mengetahui perbedaan pendapatan usahatani padi lahan irigasi dengan lahan non-irigasi (tadah hujan). 3) Untuk mengetahui perbedaan tingkat efisiensi antara petani yang mengusahakan tanaman padi lahan irigasi dengan petani yang mengusahakan lahan non- irigasi (tadah hujan).
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dimana digunakan metode analisis deskriptifdanuji t statistik. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (Purpossive) diKecamatanLubukPakam, Kabupaten Deli Serdang. Metode penentuan sampel masing-masing desa menggunakan proportional random sampling sedangkan penentuan masing-masing desa menggunakan metode systematic sampling. berdasarkan kuisioner kepada petani yang berusahatani padi sawahlahanirigasidanlahan non-irigasitadahhujan di daerahpenelitian, dengan jumlah sampel 30 orang.
Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:1) Pada lahan irigasi tingkat produktivitas rata-rata Desa Sekip paling tinggi di antara kedua daerah lainnya, yaitu 6.937 kg/ ha. Di urutan kedua terdapat Desa Pagar Jati dengan produktivitas rata-rata 6.647 kg/ ha. Produktivitas rata-rata terendah ada pada Kelurahan Paluh Kemiri, yaitu 6.250 kg/ ha. 2) Pada lahan tadah hujan, produktivitas tertinggi terdapat pada Desa Sekip, yaitu 5.380 kg/ ha, di urutan kedua terdapat Desa Pagar Jati dengan produktivitas 4.953 kg/ ha. Daerah yang memiliki produktivitas terendah terdapat pada Kelurahan Paluh Kemiri sebesar 4.738 kg/ ha. 3) Tingkat efisiensi lahan irigasi lebih tinggi daripada tingkat efisiensi lahan tadah hujan di ketiga daerah penelitian. Terdapat 2 usahatani yang tidak layak untuk diusahakan karena nilai B/C ratio <1, yaitu usahatani padi lahan tadah hujan Desa Pagar Jati (0,99) dan lahan tadah hujan Kelurahan Paluh Kemiri (0,93).4) . Pada lahan irigasi, pendapatan (keuntungan) per hektar teringgi, yaitu Desa Pagar Jati sebesar Rp 19.547.361, diurutan kedua Desa Sekip sebesar Rp 19.357.557, dan yang terendah sebesar Rp 19.200.686. 5) Pada lahan tadah hujan pendapatan (keuntungan) per hektar tertinggi, yaitu Desa Sekip sebesar Rp 12.235.356, diurutan kedua Desa Pagar Jati sebesar Rp 10.872.693, dan yang terendah Kelurahan Paluh Kemiri sebesar Rp 9.969.167.
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan maka diajukan saran, yaitu :1)Kepada Pemerintah terutama Dinas Pertanian agar membangun irigasi di daerah lahan tadah hujan agar produksi dapat meningkat dan pendapatan petani bertambah karena dari hasil penelitian diketahui bahwa produksi dan produktivitas serta pendapatan (keuntungan) usahatani padi lahan irigasi lebih tinggi daripada lahan tadah hujan.2) Perlu penyuluhan kepada petani agar pengetahuan petani dalam budidaya tanaman padi meningkat terutama dalam penggunaan pupuk, dan pestisida agar penggunaannya sesuai dosis dan sasaran sehingga hasil panen meningkat.3) Untuk penelitian selanjutnya agar meneliti tentang pengaruh keikutsertaan petani dalam kelompok tani dan peran penyuluh dalam usahatani padi.
Collections
- Agribisnis [264]