dc.description.abstract | Manajemen risiko di pekerjaan konstruksi bertujuan untuk meminimalkan dampak terhadap keselamatan, kesehatan, dan lingkungan kerja, dalam upaya menciptakan lingkungan yang aman, sehat, efisien, dan produktif sebagaimana ketentuan di OHSAS 18001 juga bertujuan untuk meminalisir suatu incident di suatu pekerjaan konstruksi. Irigasi adalah usaha memasukkan air dengan cara membangun gedung-gedung dan saluran-saluran untuk mengalirkan air untuk keperluan pertanian, mendistribusikan air sungai atau ladang secara teratur, dan mengolah air yang sudah tidak digunakan lagi, setelah semua air habis. Potensi risiko mungkin juga terjadi pada pekerjaan konstruksi rehabilitasi jaringan irigasi di sei ular. Manajemen risiko adalah bagian integral dari proses manajemen yang berjalan dalam perusahaan atau lembaga (ASNZS 4360:2004), risiko merupakan sesuatu yang melekat dalam setiap kegiatan, kegiatan apapun yang kita lakukan pasti memiliki potensi risiko yang terjadi terutama pada kegiatan konstruksi.
Penelitian tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui risiko – risiko yang paling dominan, dan mengetahui faktor – faktor dari risiko – risiko yang paling dominan tersebut.
Dalam penelitian ini digunakan 2 metode yaitu metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), dan metode domino. Metode FMEA untuk mengetahui dan menganalisa penyebab risiko tersebut, sedangkan metode domino untuk mengidentifikasi faktor – faktor risiko kecelakaan kerja tersebut.
Dari hasil penelitian terdapat 3 nilai RPN tertinggi failure mode rehabilitasi jaringan irigasi di sei ular : Selip untuk dump truck, jatuhnya bongkahan batu, dan terpapar debu dari semen/pasir, kemudian 3 hasil maximum dari RPN dianalisis di metode domino yaitu : Failure mode kondisi tanah yang lunak, effect selip untuk dump truck, lack of control terbatasnya pengawasan dari pelaksana, basic couse kurangnya pengetahuan, immediate cause mengoperasikan dengan kecepatan yang salah, incident selip untuk dump truck, loss adanya luka ringan atau berat. Failure mode lingkungan pekerjaan kurang bersih, effect terpapar debu dari semen atau pasir, lack of control kurangnya pelatihan dari K3, basic couse minimnya pengalaman bekerja, immediate cause kondisi lingkungan yang berbahaya, incident pekerja mengalami sesak nafas dan mata perih terkena debu, loss alami luka ringan. Failure mode kurangnya hati – hati dalam bekerja, effect jatuhnya batu bongkahan, lack of control terbatasnya pengawasan di lapangan, basic cause minumnya pengalaman dalam bekerja, immadiate cause penempatan alat/materia tidak benar, incident tertimpa batu bongkahan, loss alami luka ringan atau luka berat. | en_US |