dc.description.abstract | Latar Belakang: Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia karena prevalensinya yang cukup tinggi. Demam tifoid ditularkan melalui jalur fekal-oral, biasanya akibat konsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi oleh kotoran penderita typhoid. Gejala klinis demam tifoid meliputi demam tinggi yang berkepanjangan, nyeri abdomen, mual muntah, sakit kepala, dan diare. Pengobatan utama demam tifoid adalah pemberian antibiotik untuk membunuh kuman penyebabnya. Pemilihan antibiotik yang tepat dan rasional sangat penting agar dapat menyembuhkan pasien secara optimal dan mempersingkat lama perawatan.
Tujuan: Menganalisis perbandingan efektivitas antibiotik ceftriaxone dan ciprofloxacin dalam mengurangi lama rawatan pasien demam tifoid di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.
Metode: Penelitian analitik komparatif dengan desain cross-sectional study menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien demam tifoid di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2020-2022. Analisis statistik menggunakan uji T tidak berpasangan.
Hasil: Terdapat 124 sampel dengan mayoritas perempuan (58,1%). Rata-rata lama rawatan lebih singkat pada kelompok ciprofloxacin (3,16 hari) dibanding ceftriaxone (4,03 hari) (p<0,05).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan signifikan rata-rata lama rawat inap antara ciprofloxacin dan ceftriaxone pada pasien demam tifoid di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Ciprofloxacin lebih efektif ditinjau dari rata-rata lama rawatan lebih singkat pada pasien demam tifoid. | en_US |