dc.description.abstract | Epilepsi merupakan penyakit yang disebabkan adanya gangguan fungsi pada sekelompok sel-sel saraf (neuron) di otak yang mengakibatkan adanya aktivitas listrik yang berlebihan. Epilepsi bisa memiliki efek merugikan pada kesejahteraan sosial dan psikologis seseorang. Efek-efek ini bisa termasuk isolasi sosial, stigmatisasi, atau ketidakmampuan. Efek-efek itu bisa menyebabkan pencapaian prestasi belajar yang rendah dan kesempatan kerja yang buruk. Kesulitan belajar umum ditemukan pada penderita epilepsi, dan dalam Stigma epilepsi bisa juga mempengaruhi keluarga penderita. Kondisi itu dapat membawa dampak negatif dari psikisnya sehingga penderita kerap kali merasa malu, tidak percaya diri serta hilangnya harga diri. Penderita yang tidak menerina dirinya sendiri akan merasa dirinya tidak berarti, tidak berguna sehingga akan semakin merasa terasing dan terkucilkan dari lingkungannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara mendalam. Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah penderita epilepsi dan dapat melakukan percakapan dengan orang lain. Jumlah subjek di dalam penelitian adalah sebanyak dua orang dalam dua keluarga yang berbeda. Subjek pertama menderita epilepsi setelah 5 tahun; subjek kedua menderita epilepsi setelah 23 tahun. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa bahwa proses penerimaan diri yang dialami masing-masing subjek membutuhkan waktu yang berbeda, hal tersebut di pengaruhi oleh seberapa cepat subjek mendapatkan informasi mengenai kondisi dirinya sehingga subjek mengetahui apa yang harus di lakukannya. Subjek mengalami reaksi seperti cemas, takut, tidak percaya diri sebelum subjek bisa menerima dirinya secara utuh. Reaksi tersebut sebagai bentuk respon yang dilakukan subjek setelah mendapatkan diagnosa sebagai penyandang epilepsi. Masing-masing subjek mengalami proses yang berbeda. | en_US |