Kedokteranhttps://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/172024-03-28T09:01:56Z2024-03-28T09:01:56ZGambaran Faktor Faktor Risiko pada Kejadian Tuberkulosis dengan MultiDrug-Resistant Tuberculosis (MDR-TB) di RSUD Dr.Pirngadi MedanSEMBIRING, CALVIEN DOUGLAS MARCELINOhttps://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/102522024-03-21T10:07:07Z2024-03-26T00:00:00ZGambaran Faktor Faktor Risiko pada Kejadian Tuberkulosis dengan MultiDrug-Resistant Tuberculosis (MDR-TB) di RSUD Dr.Pirngadi Medan
SEMBIRING, CALVIEN DOUGLAS MARCELINO
Pendahuluan : Tuberkulosis resisten obat, terutama Multidrug-Resistant Tuberculosis (MDR-TB), terus menjadi ancaman serius.Pengobatan MDR-TB menimbulkan tantangan karena lebih kompleks, memerlukan obat mahal, dan memakan waktu lebih lama dibandingkan TB biasa. Mengetahui faktor risiko MDR-TB penting untuk mengambil langkah pencegahan dan pengendalian yang tepat.
Tujuan : Untuk mengetahui karakteristik pasien MDR-TB, meliputi riwayat pengobatan sebelumnya, kontak dengan penderita MDR-TB, tingkat pendidikan, keberadaan Diabetes Mellitus, faktor merokok, dan gambaran sosial ekonomi.
Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif observasional dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara tatap muka terhadap pasien dan rekam medik penderita MDR-TB.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan mayoritas usia lansia berusia 45-65 tahun (49,1%), berjenis kelamin laki-laki (67,3%), tingkat pendidikan SMA/SMK (65,5%), pasien kambuh (50.9%), status Diabetes Mellitus Positif (63.6%), tidak memiliki kontak dengan penderita TB-RO (90,9%), gaya hidup merokok (58.2%), dan status sosial ekonomi yang baik (72.7%).
Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar penderita MDR-TB adalah laki-laki dengan usia 45-65 tahun, tingkat pendidikan SMA/SMK, kambuh, Diabetes Mellitus positif, tanpa kontak dengan penderita TB-RO, merokok, dan memiliki status sosial ekonomi yang baik.
2024-03-26T00:00:00ZPERBANDINGAN EFEKTIVITAS KRIM EKSTRAK LIDAH BUAYA (ALOE VERA LINN) DAN MADU HUTAN (APIS DORSATA) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT IIA PADA TIKUS WISTAR JANTAN (RATTUS NORVEGICUS)ALHUDA, KEVIN HABIBhttps://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/102512024-03-21T09:49:13Z2024-03-26T00:00:00ZPERBANDINGAN EFEKTIVITAS KRIM EKSTRAK LIDAH BUAYA (ALOE VERA LINN) DAN MADU HUTAN (APIS DORSATA) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT IIA PADA TIKUS WISTAR JANTAN (RATTUS NORVEGICUS)
ALHUDA, KEVIN HABIB
Pendahuluan: Luka bakar merupakan kerusakan kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma suhu/termal. Berdasarkan kedalaman luka derajat luka bakar terbagi menjadi 3. Luka bakar derajat IIA ditandai dengan kulit yang memerah, nyeri dan dijumpai bulla. Penanganan luka bakar derajat IIA saat ini menggunakan obat topikal seperti silver sulfadiazine, MEBO (Moist Exposed Burn Ointment) ataupun bioplacenton. Madu dan lidah buaya merupakan bahan tradisional yang dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan luka bakar derajat IIA.
Tujuan: Membandingkan efektivitas madu hutan (Apis dorsata) konsentrasi 100%, krim ekstrak lidah buaya (aloe vera linn) konsentrasi 75%, kontrol positif menggunakan silver sulfadiazine dan kontrol negatif tanpa pemberian perlakuan terhadap penyembuhan luka bakar derajat IIA pada tikus wistar jantan.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni dengan pengamatan post test only with control group design untuk membandingkan pengaruh madu hutan konsentrasi 100% dan krim ekstrak lidah buaya konsentrasi 75% terhadap penyembuhan luka balkar. Sampel pada penelitian ini adalah 24 ekor tikus wistar (Rattus norvegicus) yag dibagi dalam 4 kelompok perlakuan. Tikus dibuat mengalami luka bakar dengan cara ditempelkan koin diameter 2 cm yang dipanaskan selama 3 menit. Diameter luka bakar diukur mulai dari hari pertama sampai hari ke 14 pemberian perlakuan.
Hasil: Terdapat perbedaan rata-rata panjang luka bakar setelah 14 hari perlakuan. Madu hutan dan krim ekstrak lidah buaya memiliki efektivitas terhadap penyembuhan luka bakar derajat IIA. Kelompok tikus yang diberikan madu memiliki rata rata panjang luka bakar yang paling kecil dibandingkan kelompok yang diberikan krim ekstrak lidah buaya dan diikuti oleh kelompok kontrol positif yang diberikan silver sulfadiazine dan kelompok kontrol negatif tanpa perlakuan.
Kesimpulan: Madu hutan memiliki efektivitas yang paling besar terhadap luka bakar derajat IIA, dibandingkan dengan lidah buaya maupun kontrol positif
2024-03-26T00:00:00ZKADAR IL-10 MIKROENKAPSULASI MSC-CD34 DISALUT KONSENTRAT LISAT TROMBOSIT : STUDI PRELIMINARI TERAPI SELULER MDR TBGINTING, KHARNIS MARSHA MADORAhttps://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/102502024-03-21T09:43:06Z2024-03-26T00:00:00ZKADAR IL-10 MIKROENKAPSULASI MSC-CD34 DISALUT KONSENTRAT LISAT TROMBOSIT : STUDI PRELIMINARI TERAPI SELULER MDR TB
GINTING, KHARNIS MARSHA MADORA
Pendahuluan : Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru. Pengobatan TB menggunakan Obat Anti Tuberkulosis memiliki tingkat keberhasilan pengobatan rendah, sehingga cenderung menyebabkan terjadinya resistensi. MDR TB merupakan salah satu bentuk resistensi terhadap Rifampisin yang banyak terjadi,sehingga membutuhkan terapi alternatif. Penelitian ini mengeksplorasi potensi terapi menggunakan sel punca mesenkimal (MSC) dan sel punca hematopoietik CD34+ sebagai solusi untuk mengatasi MDR TB. Untuk meningkatkan viabilitas sel punca, penelitian ini menggunakan teknik mikroenkapsulasi dengan alginate yang dilapisi dengan konsentrat lisat trombosit. IL-10 merupakan sitokin yang dihasilkan oleh sel punca , memiliki sifat anti- inflamasi untuk mengeliminasi infeksi tuberkulosis dengan bekerja sebagai immunoregulator. Peningkatan kadar IL-10 akan menunjukan efektivitas sel punca sebagai terapi alternatif MDR TB.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar IL-10 pada mikroenkapsulasi MSC- CD34+ yang disalut konsentrat lisat trombosit pada hari ke-2, ke-7, ke-14 dan ke-21.
Metode : Penelitian ini merupakan studi preliminari eksperimental in vitro dengan tahapan pengkulturan, kemudian mengkapsulasi MSC dan sel punca hematopoietik CD34+, lalu disalut dalam konsentrat lisat trombosit dan menguji kadar IL-10 yang disekresikan pada hari ke-2, ke-7, ke-14, dan ke-21 dengan pemeriksaan ELISA.
Hasil : Pengukuran terhadap kadar IL-10 di hari ke-2, ke-7, ke-14 dan ke-21 memperlihatkan bahwa kadar IL-10 meningkat pada hari ke-21 dan menurun pada hari ke-7 dan ke-14.
Kesimpulan : Kadar IL-10 cenderung mengalami penurunan.
2024-03-26T00:00:00ZPEMETAAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO SINDROM METABOLIK PADA SISWA-SISWI SMA ADVENT VETERANPASARIBU, MUTIARASARIhttps://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/102492024-03-21T09:32:46Z2024-03-26T00:00:00ZPEMETAAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO SINDROM METABOLIK PADA SISWA-SISWI SMA ADVENT VETERAN
PASARIBU, MUTIARASARI
Latar Belakang: Proses metabolisme yang terganggu mengakibatkan timbulnya gejala-gejala metabolik seperti obesitas, peningkatan tekanan darah, penurunan toleransi glukosa, resistensi insulin dan peningkatan kolesterol. Kumpulan gejala ini menggambarkan faktor risiko metabolik yang berhubungan dengan penyakit tidak menular seperti diabetes melitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler. Deteksi dini sindroma metabolik pada remaja penting untuk mencegah komorbiditas di kemudian hari.
Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor risiko sindrom metabolik pada siswa- siswi di SMA Advent Medan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross- sectional. Instrument yang digunakan dalam bentuk kuesioner yang dibagikan kepada responden yang terdiri atas lembar data pribadi dan kuesioner karakteristik. Sampel pada penelitian ini adalah siswa/i SMA Advent Medan T.A 2023/2024 berjumlah 104 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode random sampling.
Hasil: Pada penelitian ini, riwayat penyakit keluarga yang paling banyak adalah diabetes melitus sebanyak 14 orang (13,5%). Faktor perilaku responden adalah bermain video game sebanyak 100 orang (96,2%), mengonsumsi junkfood sebanyak 3 kali seminggu sebanyak 44 orang (42,3%). Pengukuran lingkar pinggang didapati 27 orang (26%) mengalami obesitas sentral, pengukuran trigliserida didapati 10 orang (9,6%) mengalami hipertrigliserida dan 3 orang (2,9%) mengalami pre-diabetes.
Kesimpulan: Faktor risiko sindrom metabolik pada siswa/i SMA Advent berdasarkan usia, jenis kelamin adalah riwayat penyakit keluarga diabetes melitus dan hipertensi. Faktor risiko sindrom metabolik pada siswa/i SMA Advent berdasarkan perilaku yaitu sedentary lifestyle. Faktor risiko sindrom metabolik pada siswa/i SMA Advent berdasarkan tekanan darah, antropometri, kadar gula darah, high density level dan trigliserida yaitu overweight, obesitas sentral, hipertrigliserida dan pre-diabetes.
2024-03-26T00:00:00Z