PENGARUH EKSTRAK KULIT PISANG KEPOK (MUSA ACUMINATA X BALBISIANA) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI DUODENUM TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) YANG DIINFEKSI BAKTERI ESCHERICHIA COLI
Abstract
Latar Belakang: Salah satu penyakit infeksi yang banyak menyerang masyarakat di wilayah tropis termasuk Indonesia yaitu infeksi bakteri Escherichia coli. Bakteri Escherichia coli menyebabkan diare dan terbentuknya sel radang, perdarahan dan nekrosis pada mukosa duodenum sehingga memerlukan pengobatan antibiotik. Akan tetapi ada beberapa antibiotik yang sudah mengalami resistensi sehingga diperlukannya alternatif dari kulit pisang kepok yang memiliki khasiat sebagai antibakteri dan antioksidan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan mencegah kerusakan mukosa duodenum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari pemberian ekstrak kulit pisang kepok terhadap histopatologi duodenum tikus putih jantan yang diinfeksi Escherichia coli.
Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan rancangan post test only control group design. Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus putih jantan yang dibagi lima kelompok dan diberi perlakuan 14 hari. Kelompok perlakuan 1 diinfeksi Escherichia coli dan hanya diberi pakan, perlakuan 2 diinfeksi Escherichia coli selama 3 hari dan diberikan ciprofloxacin 9 mg selama 7 hari, perlakuan 3 diinfeksi Escherichia coli selama 3 hari dan diberikan ekstrak kulit pisang kepok 150 mg selama 7 hari, perlakuan 4 diinfeksi Escherichia coli selama 3 hari dan diberikan ekstrak kulit pisang kepok 250 mg selama 7 hari, perlakuan 5 diinfeksi Escherichia coli selama 3 hari dan diberikan ekstrak kulit pisang kepok 500 mg selama 7 hari.Terminasi tikus dilakukan pada hari ke-18 untuk diambil organ duodenum. Selanjutnya dulakukan pemeriksaan histopatologi duodenum tikus.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit pisang kepok 150 mg tidak berpengaruh tehadap radang, perdarahan dan nekrosis pada mukosa duodenum. Ekstrak kulit pisang kepok 250 mg dan 500 mg berpengaruh pada sel radang dan nekrosis, tetapi tidak berpengaruh pada perdarahan mukosa duodenum.Gambaran histopatologi duodenum tikus putih yang diinfeksi Escherichia coli setelah pemberian ekstrak kulit pisang kepok 150 mg tidak memiliki perbedaan signifikan pada infiltrasi sel radang, perdarahan dan nekrosis dibandingkan gambaran histopatologi duodenum tikus putih yang diinfeksi Escherichia coli setelah pemberian ekstrak kulit pisang kepok 250 mg. Gambaran histopatologi duodenum tikus putih yang diinfeksi Escherichia coli setelah pemberian ekstrak kulit pisang kepok 150 mg memiliki perbedaan signifikan pada infiltrasi sel radang tetapi tidak memiliki perbedaan pada perdarahan dan nekrosis dibandingkan gambaran histopatologi duodenum tikus putih yang diinfeksi Escherichia coli setelah pemberian ekstrak kulit pisang kepok 500 mg. Gambaran histopatologi duodenum tikus putih yang diinfeksi Escherichia coli setelah pemberian ekstrak kulit pisang kepok 250 mg tidak memiliki perbedaan signifikan pada infiltrasi sel radang, perdarahan dan nekrosis dibandingkan gambaran histopatologi duodenum tikus putih yang diinfeksi Escherichia coli setelah pemberian ekstrak kulit pisang kepok 500 mg.
Kesimpulan: Secara menyeluruh ekstrak kulit pisang kepok memberikan efek perbaikan pada sel radang dan nekrosis tetapi tidak memberikan efek perbaikan pada perdarahan mukosa duodenum tikus yang diinfeksi Escherichia coli.
Collections
- Pendidikan Dokter [501]