Show simple item record

dc.contributor.authorNainggolan, Prima Heptayana
dc.contributor.authorNurhayati, Eny
dc.date.accessioned2025-01-02T06:39:28Z
dc.date.available2025-01-02T06:39:28Z
dc.date.issued2024-10
dc.identifier.urihttps://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/11581
dc.description.abstractLatar belakang. Pneumosefal traumatik merupakan kasus yang jarang terjadi. Hanya 0,5 – 1% dari trauma kepala menyebabkan pneumosefal. Pneumoensefal biasanya akan diabsorbsi tanpa adanya suatu manifestasi klinis. Namun, pada beberapa kasus diperlukan tata – laksana pembedahan. Berikut ini kami laporkan dua kasus pneumosefal traumatik di mana satu kasus ditata – laksana secara konservatif sedangkan kasus lainnya memerlukan tata – laksana operatif. Metode. Metode penulisan yang digunakan merupakan laporan kasus yang diambil dari ruang rawat inap neurologi RS Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2014 dan 2015. Dilakukan perbandingan terhadap gejala klinis, hasil pemeriksaan radiologis, dan tata – laksana yang dilakukan. Hasil. Didapatkan perbaikan klinis dan gambaran radiologis berupa pneumoensefal yang berkurang pada kasus pertama dengan tata – laksana konservatif, sedangkan pada kasus kedua gambaran klinis berupa nyeri kepala dan rhinorrhea masih ada setelah pasien mendapat tata – laksana konservatif. Evaluasi pencitraan ulang pada kasus kedua menunjukkan gambaran tension pneumocephal sehingga dilakukan tata – laksana operatif. Kesimpulan. Penatalaksanaan awal pneumoensefal merupakan manajemen konservatif, tata – laksana operatif dilakukan jika pneumoensefal bertambah luas dan mengancam nyawa.en_US
dc.subjectpneumoensefal traumatik, pneumosefal, konservatif, operatifen_US
dc.titleSerial Kasus Pneumoensefal Traumatik: Tata – Laksana Konservatif VS Operatifen_US
dc.title.alternativeSerial Kasus Pneumosefal Traumatik: Tata – Laksana Konservatif VS Operatifen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record