Keguruan dan Ilmu Pendidikanhttps://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/662024-03-29T13:57:29Z2024-03-29T13:57:29ZSTRATEGI BERTUTUR MENOLAK DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM PERISTIWA TUTUR MARHATA SINAMOT (NEGOSIASI MAHAR) PADA PERNIKAHAN ADAT BATAK TOBAManurung, Lastri Wahyunihttps://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/72012022-09-01T03:04:41Z2021-10-01T00:00:00ZSTRATEGI BERTUTUR MENOLAK DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM PERISTIWA TUTUR MARHATA SINAMOT (NEGOSIASI MAHAR) PADA PERNIKAHAN ADAT BATAK TOBA
Manurung, Lastri Wahyuni
Tindak tutur menolak adalah tindakan bertutur yang dapat mengancam muka mitra tutur, karena tindakan menolak tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh mitra tutur, dan biasanya akan disampaikan dengan strategi yang tidak langsung. Kegiatan marhata sinamot adalah salah satu tahapan terpenting dalam upacara pernikahan orang Batak yang membahas tentang mahar dan persiapan untuk puncak pernikahan. Disebut penting karena jika negosiasi dalam marhata sinamot tidak menemukan kesepakatan, puncak pernikahan akan batal. Pentingnya sinamot terhadap berlangsung atau tidaknya sebuah pesta pernikahan membuat juru bicara harus berstrategi ketika melakukan negosiasi terlebih pada saat melakukan penolakan.
Penelitian ini dilakukan untuk (1) Menemukan dan menjelaskan strategi bertutur menolak yang digunakan oleh peserta tutur pada kegiatan marhata sinamot. (2) Menemukan dan menjelaskan strategi kesantunan dalam menolak yang digunakan oleh peserta tutur pada kegiatan marhata sinamot (3) Menjelaskan pola dari strategi bertutur menolak yang digunakan oleh penutur dan mitra tutur dalam kegiatan marhata sinamot tersebut. (4) Memberikan alasan tentang mengapa penutur dan mitra tutur menggunakan strategi bertutur tertentu dalam dalam kegiatan marhata sinamot.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiopragmatik. Lokasi pengambilan data adalah di kecamatan Sidamanik yang letaknya ada di kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Kecamatan Sidamanik memiliki beberapa desa kelurahan yang merupakan lokasi pengambilan data pada penelitian ini. Adapun desa atau kelurahan yang menjadi lokasi pengambilan data tersebut adalah di Bah Butong, Kebun Sayur, Sarimatondang, Sidamanik dan Sinaman. Jumlah juru bicara yang terlibat dalam diskusi yang telah direkam adalah sebanyak 55 orang. Strategi bertutur menolak dan strategi kesantunan yang terdapat pada tuturan menolak dalam kegiatan marhata sinamot adalah objek dari penelitian ini. Data dari penelitian ini adalah dialog dalam Bahasa Batak Toba yang diucapkan oleh juru bicara yang mengandung tindak tutur menolak dan strategi kesantunan pada saat menolak ketika juru bicara sedang bernegosiasi. Data ini bersumber dari kegiatan marhata sinamot yang dilakukan oleh juru bicara dari rombongan pihak mempelai laki-laki dan perempuan. Dalam menganalisis tuturan menolak, penulis membaginya ke dalam tuturan pembuka, tuturan pendukung dan tuturan inti atau utama. Bagian-bagian ini disebut dengan sekuens tuturan menolak.
Strategi bertutur menolak dengan menyatakan dalih, alasan dan penjelasan dan meminta empati adalah strategi yang paling dominan digunakan oleh juru bicara. Strategi kesantunan positif dengan menggunakan penanda identitas kelompok, menghindari pertentangan, dan meminimalisir paksaan, adalah strategi kesantunan yang dominan digunakan pada saat menolak. Pola sekuens menolak yang paling banyak digunakan oleh juru bicara adalah dengan satu atau lebih tuturan pembuka, disertai satu atau lebih tuturan pendukung, diakhiri dengan tuturan inti. Semakin besar bobot negosiasi, semakin panjang sekuens penolakan dan sebaliknya. Konteks, peristiwa tutur, dan prinsip dalihan na tolu pada budaya Batak Toba berpengaruh terhadap penggunaan strategi bertutur dan kesantunan pada kegiatan marhata sinamot. Cara bertutur menolak yang digunakan oleh juru bicara digunakan untuk tujuan menghindari konflik dan mengurangi daya sengat dari penolakan. Sifat alamiah dari sebuah negosiasi adalah pihak yang terlibat dalam negosiasi harus menghindari hal-hal yang dapat merugikan bagi semua pihak. Oleh karena itu, negosiasi harus dilakukan secara santun; tidak menekan pihak lain; berpatokan pada prinsip saling menguntungkan. Sinamot erat kaitannya dengan harga diri dari seorang perempuan, hal ini menyebabkan juru bicara menggunakan strategi bertutur menolak dengan strategi menolak dan kesantunan dengan sekuens penolakan yang panjang.
DISERTASI PROGRAM DOKTOR
2021-10-01T00:00:00ZEcek-EcekManurung, Lastri Wahyunihttps://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/71902022-08-30T11:22:06Z2021-02-01T00:00:00ZEcek-Ecek
Manurung, Lastri Wahyuni
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ecek-Ecek
(kata dasar Ecek) artinya tidak sungguh- sungguh. Entah
karya ini layak disebut buku, entah karya ini layak untuk
dibaca, entah karya ini pantas disebut karya, maka buku ini
kuberi judul Ecek-Ecek (tidak sungguh-sungguh). Ecek juga
dapat diplesetkan menjadi singkatan dari Eh Cerita Pendek.
Karya ini merupakan kumpulan cerita pendek yang ditulis
satu per satu sejak tahun 2014. Belakangan ini, menulis
cerpen menjadi senjata paling ampuh bagi penulis untuk
menghilangkan kejenuhan di sela-sela menulis disertasi.
Penulis bersyukur pada Tuhan untuk talenta yang ada pada
penulis. Terima kasih untuk mamak dan adik penulis, yang
setia mendukung dan selalu bilang bahwa karya penulis yang
biasa-biasasaja ini adalah karya yang bagus.
2021-02-01T00:00:00ZSTUDENTS’ DIFFICULTIES IN PRONOUNCING ENGLISH CONSONANT SOUNDShttps://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/52942021-09-04T06:05:05Z2018-12-22T00:00:00ZSTUDENTS’ DIFFICULTIES IN PRONOUNCING ENGLISH CONSONANT SOUNDS
The objective of this research is to find out students’ difficulties in pronouncing English consonant sounds in narrative text. The researcher focuses on place of articulation (Bilabial, Labiodental, Dentals, Alveolars, Palatals, Velars and Glotals) in English Consonant. This research used descriptive qualitative method. The data were collected by using a record mobile phone and then to be analyzed how to difficult consonant sounds and transcript it. The results of the data analysis showed that student difficult to pronounce in labiodental sound, symbol [v] to be [f]. In Dental sound, symbol [θ] to be [t], and [ð] to be [d]. In Alveolar sound, symbol [n] to be [t], [d] to be [t], [d] to be [z], [z] to be [s], and [t] to be [tʃ]. In Palatals sound the symbol [ʃ] to be [s], and [tʃ] to be [s]. And In Velar sounds, students pronounced the symbol [g] to be [dʒ].
2018-12-22T00:00:00ZSentence Pattern between Punjabi and English Language: Contrastive AnalysisTiarma Intan, Marpaunghttps://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/51732021-03-25T10:49:46Z2021-03-18T00:00:00ZSentence Pattern between Punjabi and English Language: Contrastive Analysis
Tiarma Intan, Marpaung
The objective of this research is to know the similarities and differences between Punjabi and English basic sentence patterns. This research is on the contrastive analysis between Punjabi and English sentence patterns in the Punjabi bilingual handbook. The method of this research is a descriptive method as documentary analysis. The writer used a research materials such as books and paper as the sources of data for this research. To collect the data, the writer conducted the following techniques: a) Selecting the book which majorly used in formal and informal education; b) Copying the book from one of school in Medan which used this book as their material in learning Punjabi and English language. From the result of the data, the similarities of English and Indonesian basic sentence patterns can be seen from the following parts of each pattern. The subjects in Punjabi and English are the same. It is person or thing, and the verb in both languages is a transitive verb that needs an object and an intransitive verb that does not need an object. The differences between the two languages lie in the verb and the complement or object in the sentence pattern. In English, the pattern is S+V+O ( Subject Verb Object) but in Punjabi, the position is changed as S+O+V (Subject Object Verb). The verb is a linking verb (LV), that links subject and complement which is used in the nominal predicate. Based on the result, I suggest that the languages teacher should give a clear explanation about the roles of usage and examples of basic sentence patterns and should be able to predict the difficulties faced by the beginners based on the difficulty given by the teacher to minimize errors made by the beginners in the future.
2021-03-18T00:00:00Z