Pertanianhttps://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/142024-03-28T20:12:45Z2024-03-28T20:12:45ZANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG SAYUR MAYUR DI KECAMATAN TANAH JAWA DAN HUTABAYU RAJA, KABUPATEN SIMALUNGUNMANURUNG, CHRISTINE ANGELINAhttps://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/102632024-03-25T05:28:47Z2024-03-25T00:00:00ZANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG SAYUR MAYUR DI KECAMATAN TANAH JAWA DAN HUTABAYU RAJA, KABUPATEN SIMALUNGUN
MANURUNG, CHRISTINE ANGELINA
Penelitian ini dilakukan bertujuan: 1). Bagaimanakah pendapatan pedagang sayur mayur di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun? 2). Bagaimanakah pengaruh modal usaha terhadap pendapatan pedagang sayur mayur di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun ? 3). Bagaimanakah pengaruh jam kerja terhadap pendapatan pedagang sayur mayur di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun? 4). Bagaimanakah pengaruh pengalaman usaha terhadap pendapatan pedagang sayur mayur di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun ? 5).Bagaimanakah pengaruh Mobilitas Pedagang terhadap pendapatan pedagang sayur mayur di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun? 6). Bagaimanakah pengaruh modal usaha, jam kerja, pengalaman usaha,mobilitas pedagang secara simultan terhadap pendapatan pedagang sayur mayur di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun ?
Dalam Penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu dilakukan dipasar Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja, Kabupaten Simalungun. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan bahwa 2 Kecamatan tersebut kurang lebih 75% mata pencaharian masyarakat adalah bertani dan minoritas usaha kecil seperti pedagang sayur mayur atau usaha lainnya. Pasar di 2 Kecamatan tersebut memiliki perbedaan hari/waktu berdagang, di Kecamatan Tanah Jawa hari/waktu berdagang dilaksana pada hari Senin dan Kamis, sedangkan di Kecamatan Hutabayu Raja dilaksanakan pada hari Rabu. Sampel dalam penelitian ini adalah 20 responden, dimana 10 responden berjualan di Kecamatan Hutabayu Raja dan 10 responden berjualan di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja.
Kesimpulan penelitian : 1). Variabel Modal usaha (X1) berpengaruh terhadap pendapatan pedagang sayur mayur yang ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 0,392. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung (33,115) lebih besar dari ttabel (2,093), artinya apabila modal naik sebesar Rp. 1 maka pendapatan pedagang sayur mayur naik sebesar Rp. 0,392. 2). Variabel Jam kerja (X2) berpengaruh terhadap pendapatan pedagang sayur mayur yang ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 0,371. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung (22,288) lebih besar dari ttabel (2,093), artinya apabila jam kerja naik sebesar Rp. 1 maka pendapatan pedagang sayur mayur naik sebesar Rp. 0,371. 3). Variabel Pengalaman berdagang (X3) berpengaruh terhadap pendapatan pedagang sayur mayur yang ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 0,028. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung (2,518) lebih besar dari ttabel (2,093), artinya apabila pengalaman berdagang naik sebesar 1 tahun maka pendapatan pedagang sayur mayur naik sebesar Rp. 0,028.
Berdasarkan penelitian disarankan : 1). Pemerintah Kabupaten Simalungun agar memperhatikan pedagang kaki lima di Kecamatan Tanah Jawa dan Hutabayu Raja dengan mengalokasikan anggaran untuk penambahan modal, sebab modal sangat berpengaruh dalam berdagang sedangkan para pedagang sendiri susah untuk mendapatkan bantuan modal. 2). Berdasarkan hasil analisis, modal cukup berpengaruh terhadap pendapatan pedagang sayur mayur. Untuk itu, disarankan kepada para pedagang untuk meningkatkan modalnya agar usaha dalam berdagang sayur mayur. Dapat mengalami keuntungan yang meningkat. Peningkatan modal pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk peningkatan volumen penjualan.
2024-03-25T00:00:00ZANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI CABAI MERAH DI KECAMATAN LIMA PULUH PESISIR KABUPATEN BATUBARAYANI, PUTRI INDRIhttps://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/102622024-03-25T05:10:39Z2024-04-25T00:00:00ZANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI CABAI MERAH DI KECAMATAN LIMA PULUH PESISIR KABUPATEN BATUBARA
YANI, PUTRI INDRI
Penelitian ini mempunyai 2 tujuan penelitian yaitu : 1) Untuk mengetahui bagaimana pendapatan usahatani cabai merah di Kecamatan Lima Puluh Pesisir, 2)Untuk mengetahui bagaimana efisiensi usahatani cabai merah di Kecamatan Lima Puluh Pesisir.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Lima Puluh Pesisir, Kabupaten Batubara. Penelitian dilakukan di Desa Pematang Tengah, Desa Tanah Itam Ilir, dan Desa Lubuk Cuik Kecamatan Lima Puluh Pesisir, Kabupaten Batubara dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan daerah yang mengusahakan tanaman cabai merah dengan hasil produktivitas tertinggi, sedang, dan terendah. Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Pematang Tengah, Desa Tanah Itam Ilir, dan Lubuk Cuik merupakan daerah yang terpilih oleh peneliti tersebut, dengan alasan karena berdekatan dengan tempat tinggal peneliti tersebut. Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Jumlah sampel (responden) yang diambil yaitu sebanyak 30 responden, Penentuan jumlah petani cabai merah sampel dilakukan dengan menggunakan metode proportional sampling. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis pendapatan, efisiensi usahatani cabai merah di Kecamatan Lima Puluh Pesisir, Kabupaten Batubara.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata total pendapatan usahatani cabai merah Per 1 (MT) di Kecamatan Lima Puluh Pesisir Kabupaten Batubara adalah sebesar Rp 3.803.633,33. Dan tingkat efisiensi usahatani cabai merah Per 1 (MT) di Kecamatan Lima Puluh Pesisir Kabupaten Batubara adalah R/C 1,18.
2024-04-25T00:00:00ZPENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK HAYATI MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)PANGARIBUAN, TORINI MARGARETHAhttps://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/102272024-03-05T09:23:55Z2024-04-05T00:00:00ZPENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK HAYATI MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)
PANGARIBUAN, TORINI MARGARETHA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang sapi dan pupuk hayati mikoriza terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.). Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan di Desa Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan. Pada ketinggian sekitar 33 meter di atas permukaan laut (m dpl), kemasaman tanah (pH) antara 5,5-6,5, jenis tanah ultisol bertekstur pasir berlempung. Penelitian dimulai bulan Mei 2023 sampai bulan Juli 2023. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan dengan tiga ulangan. Faktor pertama: Dosis pupuk kandang sapi (S) yang terdiri dari empat taraf yaitu : S0 = 0 kg/ha setara dengan 0 kg/petak, S1 = 10 ton/ha setara dengan 1,5 kg/petak, S2 = 20 ton/ha setara dengan 3 kg/petak, S3 = 30 ton/ha setara dengan 4,5 kg/petak. Faktor kedua : Dosis pupuk hayati mikoriza terdiri dari 3 taraf yaitu : M0 = 0 ton/ha setara dengan 0 g/petak, M1 = 0,4 ton/ha setara dengan 60 g/petak, M2 = 0,8 ton/ha setara dengan 120 g/petak. Parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), jumlah polong per petak (buah), jumlah polong per tanaman (buah),
i
bobot 100 biji kering (g), produksi polong per petak (g/petak), produksi polong per hektar (ton/ha).
Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 2 MST, jumlah daun pada umur 2 MST, dan 4 MST, jumlah polong per petak, dan jumlah polong per tanaman, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4 MST dan 6 MST, jumlah daun pada umur 6 MST, bobot 100 biji kering, produksi biji kering per petak, dan produksi biji kering per hektar.
Pupuk hayati mikoriza berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 2 MST, 4 MST, dan 6 MST, jumlah daun pada umur 2 MST, 4 MST, dan 6 MST, jumlah polong per petak, jumlah polong per tanaman, bobot 100 biji kering, produksi biji kering per petak, dan produksi biji kering per hektar. Pengaruh interaksi antara pemberian pupuk kandang sapi dan pupuk hayati mikoriza berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 2 MST, 4 MST, dan 6 MST, jumlah daun pada umur 2 MST, 4 MST, dan 6 MST, jumlah polong per petak, jumlah polong per tanaman, bobot 100 biji kering,
produksi biji kering per petak, dan produksi biji kering per hektar.
2024-04-05T00:00:00ZRESPON TIGA VARIETAS KACANG KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) TERHADAP APLIKASI LIMBAH PADAT PABRIK KELAPASAWIT (SOLID DECANTER)GULTOM, WANDIKOhttps://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/102262024-03-05T09:15:42Z2024-03-05T00:00:00ZRESPON TIGA VARIETAS KACANG KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) TERHADAP APLIKASI LIMBAH PADAT PABRIK KELAPASAWIT (SOLID DECANTER)
GULTOM, WANDIKO
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan di Desa Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan. Tempat penelitian pada ketinggian sekitar + 33 meter di atas permukaan
air laut (mdpl) dengan kemasaman (pH) tanah 5,5-6,5, jenis tanah Ultisol dan tekstur tanah pasir berlempung (Lumbanraja dan Harahap, 2015). Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2023 sampai dengan bulan Agustus 2023. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon tiga varietas kedelai (Glycine max (L.) Merrill) terhadap aplikasi limbah padat pabrik kelapa sawit (Solid Decanter).
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Petak Terbagi (RAKPT) dengan dua faktor perlakuan, dengan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu pemberian Solid Decanter (S) pada petak utama, terdiri dari 4 taraf, yaitu : S0 = 0 ton/ha setara dengan 0 kg/petak (kontrol), S1 = 15 ton/ha setara dengan 4,5 kg/petak, S2 = 30 ton/ha setara dengan 9 kg/petak (Dosis anjuran), S3 = 45 ton/ha setara dengan 13,5 kg/ petak. Faktor kedua yaitu tiga varietas kedelai (V) pada anak petak, yaitu : V1 = varietas Anjasmoro, V2 = varietas Dega, V3 = varietas Dena.
Penelitian ini menunjukan bahwa pemberian Solid Decanter berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST dan bobot 100 butir biji, tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 4 dan 6 MST, jumlah cabang
produktif, jumlah polong berisi per tanaman, produksi biji kering kedelai perpetak, produksi biji kering per hektar, dan bintil akar.
Solid Decanter berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST, diduga Solid Decanter yang di berikan belum terdekomposisi sempurna dalam tanah pada umur 2 MST, dan kebutuhan unsur hara N diperlukan cukup besar pada tanaman kedelai pada awal pertumbuhan untuk pembentukan bintil akar, dan penyerapan hara oleh tanaman semakin meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan vegetatif sehingga, pertambahan tinggi kedelai umur 2 minggu setelah tanam lebih memunculkan sifat genetik masing-masing varietas kedelai. Solid Decanter berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 butir biji diduga adanya perbedaan karakter genetis pada masing- masing varietas yang dipakai baik dari bentuk biji, berat biji, dan umur panen nya yang mepengaruhi berat 100 butir biji kedelai, hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Lakitan (2001), yang menyatakan bahwa ukuran biji lebih dikendalikan oleh faktor genetik tanaman.
Solid Decanter berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 4 dan 6 MST, jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi per tanaman, produksi biji kering kedelai perpetak, produksi biji kering kedelai per hektar, dan bintil akar diduga Solid Decanter setelah terdekomposisi akan kaya unsur hara N, P, K, dan Mg seperti yang dibutuhkan tanaman. Sutarta (2003), menyatakan Solid Decanter melalui dekomposisi dapat dijadikan menjadi pupuk yang kaya unsur hara seperti N, P, K, dan Mg sesuai yang dibutuhkan tanaman, karena memiliki sifat pembenah tanah yang mampu meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam tanah dan mampu menjadikan tanah menjadi subur serta gembur, dengan demikian sistem perakaran semakin baik dan perakaran tanaman luas sehingga jangkauan akan semakin luas untuk menyerap unsur hara dalam media tanam sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman turut meningkat.
Interaksi Solid Decanter dan tiga varietas kedelai berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah polong berisi kedelai namun berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2, 4 dan 6, jumlah cabang produktif, bobot 100 butir biji, produksi biji kering kedelai perpetak, produksi biji kering kedelai per hektar, dan bintil akar. Hal ini diduga tanaman dapat memberikan respon positif dan negatif terhadap perubahan lingkungan tumbuh. Taufiq dan Sundari (2012) menyatakan tanaman dapat memberikan respon positif dan negatif terhadap perubahan lingkungan tumbuh. Respon yang beragam tersebut menimbulkan terjadinya interaksi antara lingkungan dan genotip yang dimiliki. Respon dapat diketahui dari perubahan fisik tanaman berupa perubahan pertumbuhan dan perubahan fenotipik tanaman.
2024-03-05T00:00:00Z